Episode Juli 2011

Cuplikan Episode Kehidupan
(The Dreams Episode)



Setiap kita dapat satu peranan,
yang harus kita mainkan
dengan skenario yang indah dan sistematis.
Ada peran wajar dan peran berpura-pura.
Setelah peran tawa, digulirkan peran tangis,
dan begitu seterusnya roda sandiwara berputar.


Kamis, 22 Agustus silam, aku dilahirkan dari pasangan yang memiliki personality korelis dan melankolis yang mendominasi. ^^
Dalam perjalanan hidup selalu bertambah episode, dan bertambah pula tanggung jawab yang diemban.
Ditambah lagi dengan gelar yang disandang kini “calon pendidik”. Bukan karena aku di bidang keguruan. Menurutku setiap anak menyandang gelar ini, khususnya wanita, yang kelak akan menjadi madrasah pertama generasi penggebrak peradaban.
Semasa kanak-kanak aku bercita-cita ingin menjadi astronot, tidak terpikir untuk menjadi guru.
Memasuki tahap Sekolah Dasar pun belum terpikir ingin menjadi guru. Terinspirasi dari hasil karyaku yang dihargai oleh temanku, ya walaupun hanya dihargai sebesar Rp 1.000,- (jiwa berniaga ^_^). Tapi aku senang karena gambar-gambarku dikagumi. Sejak itu dengan mantap aku bilang “aku ingin menjadi pelukis”. Aku mengkhususkan satu buku gambar untuk karya-karyaku, sayangnya buku itu entah raib kemana mungkin ikut serta bersama tumpukan koran yang diloakan. Yang paling disayangkan lagi dalam buku itu ada gambar Sekolah Dasarku tercinta. Gambar-gambarku hanya sebatas sketsa atau siluet dari objek-objek yang aku lihat saja.
Hobiku menggambar berlanjut hingga di bangku SMP dan juga SMA. Tetapi di masa ini aku tidak perlu lagi berniaga menjual gambar-gambarku, karena tanpa berniaga pun aku bisa mendapatkan uang dari perlombaan, beasiswa juara umum, hingga hadiah kelulusan dari sekolah semasa SMP, bahkan dari hobi baruku menari pun aku bisa mendapatkan hadiah dan uang. Uangnya aku titipkan pada ayahku untuk ditabung.
Hobi menggambarku berlaku kala aku bosen saat KBM saja. Saat guru menerangkan dan aku tidak mengerti dengan penjelasan guru, saat itulah aku mulai berkreasi mencoret-coret buku tulisku dengan sketsa dari objek yang aku lihat, (itu dulu, saat ini aku mulai belajar berusaha untuk menghargai orang berbicara termasuk pengajar/dosen).
Menyimak perkataan Penyair Mesir terkemuka, Ahmad Syauqi, “Berdiri dan hormatilah guru, dan berilah ia penghargaan. Seorang guru itu hampir saja merupakan utusan Allah”. Teruntuk guru-guruku, mohon maaf aku banyak berbuat salah pada kalian. Dulu aku sering meninggalkan kelas hanya karena untuk latihan menari, pergi ke kantin, jaga koperasi sekedar untuk mengobrol dengan guru penjaga koperasi dan dapat jajanan gratis. (tapi bagiku bukan sekedar obrolan biasa, karena dari obrolan itu ada ilmu yang tidak bisa aku dapatkan saat KBM)
Saat di bangku SMP teman-teman terdekatku pada masa itu menyarankan agar aku menjadi pramugari saja. Karena mereka menganggap kelebihanku di bidang B. Inggris dan matematika.
Baru di bangku SMA lah keinginan menjadi guru ku mantapkan. Menggambar kuanggap hanya sekedar hobi saja. Dan untuk hobi menari sudah aku putuskan untuk berhenti menari sejak Allah Swt menghadiahkan ku sebuah hidayah untuk berjilbab. So hard, karena harus menanggalkan hobi menariku. Tapi aku yakin jika aku bisa menjaga dengan baik hadiah ini maka Dia pun akan memberikan hidayah-hidayahNya yang lain kelak, InsyaAllah.
Aku kagum dengan orang-orang yang bersedia berbagi, bersedia mengajar, mengucurkan ilmu dan pengalaman. Mereka itulah yang disebut guru, orang tua pun termasuk guru. Yang membuat kita dari tidak tahu menjadi tahu, membuat kita bisa membedakan yang baik dan buruk, dan membuat kita bisa menjalani hidup dengan baik dan menjadi bermakna. Asbab itulah aku berkeinginan menjadi seorang guru (pendidik dan pengajar). Jika ilmu yang diajarkan sebuah kebaikan maka pundi-pundi pahala akan terus mengalir walaupun jasad telah tertimbun tanah. Menjadi tabungan untuk meringankan siksaan di ahirat kelak. InsyaAllah, Amin Allahumma Amin.
Saat ini aku tengah berusaha untuk bisa menjadi bagian dari “mereka”. Yang telah mencetak generasi-generasi penggebrak peradaban. Belajar menghargai orang berbicara, belajar bersabar membuat orang lain mengerti dan belajar mengerti serta memahami orang lain. Tidak mudah memang membuat orang lain memahami keinginan kita, mungkin akan lebih baik jika diawali dari diri sendiri dahulu untuk memahami orang lain.
Aku berkomitmen azzam ku kini hanya satu tidak akan berubah-ubah seperti dulu lagi, aku bercita-cita ingin menjadi seseorang yang memberi manfaat untuk orang banyak. InsyaAllah dengan menjadi guru, bisa menjadi kontribusi untuk memenuhi azzam ku ini, aku bisa membantu generasi-generasi bangsa untuk mencapai cita-cita mereka -menjadi astronot profesional, pelukis handal, pramugari, paskibraka profesional dan apapun cita-citanya-. InsyaAllah, amin.
Disisa usiaku ini, aku berucap syukur pada-Nya atas skenario yang diaturNya dengan sangat indah dalam hidupku. Atas kesempatan yang telah diberiNya untuk mengenal orang-orang yang memberi arti dan menjadi pelengkap dalam hidupku.
Aku mohon pada-Mu Ya Rabb, mudahkan jalanku agar ilmu ini tersalurkan dan dapat bermanfaat bagi semua. Hindarkan aku dan anak-anak didik ku dari ilmu yang tidak bermanfaaat. Aku ingin menabung untuk meringankan siksaanku di akhirat kelak dan sebagai bekalku untuk bertemu denganMu. Amin Allahumma Amin..

Bandar Lampung,    Juli 2011
                                            diwaktu senggang.
                                            *Puspa






0 komentar:

Posting Komentar