Cuplikan Episode Kehidupan
(The Dreams Episode)
Setiap kita dapat satu
peranan,
yang harus kita mainkan
dengan skenario yang indah
dan sistematis.
Ada peran wajar dan peran
berpura-pura.
Setelah peran tawa,
digulirkan peran tangis,
dan begitu seterusnya roda
sandiwara berputar.
Kamis, 22
Agustus silam, aku dilahirkan dari pasangan yang memiliki personality korelis
dan melankolis yang mendominasi. ^^
Dalam perjalanan hidup selalu bertambah episode, dan bertambah pula
tanggung jawab yang diemban.
Ditambah lagi
dengan gelar yang disandang kini “calon pendidik”. Bukan karena aku di bidang
keguruan. Menurutku setiap anak menyandang gelar ini, khususnya wanita, yang
kelak akan menjadi madrasah pertama generasi penggebrak peradaban.
Semasa kanak-kanak aku bercita-cita ingin menjadi astronot, tidak terpikir untuk
menjadi guru.
Memasuki tahap Sekolah Dasar pun belum terpikir
ingin menjadi guru. Terinspirasi dari hasil karyaku yang dihargai oleh temanku,
ya walaupun hanya dihargai sebesar Rp 1.000,- (jiwa berniaga ^_^). Tapi aku
senang karena gambar-gambarku dikagumi. Sejak itu dengan mantap aku bilang “aku
ingin menjadi pelukis”. Aku mengkhususkan satu buku gambar untuk karya-karyaku,
sayangnya buku itu entah raib kemana mungkin ikut serta bersama tumpukan koran
yang diloakan. Yang paling disayangkan lagi dalam buku itu ada gambar Sekolah
Dasarku tercinta. Gambar-gambarku hanya sebatas sketsa atau siluet dari
objek-objek yang aku lihat saja.
Hobiku
menggambar berlanjut hingga di bangku SMP dan juga SMA. Tetapi di masa ini aku
tidak perlu lagi berniaga menjual gambar-gambarku, karena tanpa berniaga pun
aku bisa mendapatkan uang dari perlombaan, beasiswa juara umum, hingga hadiah
kelulusan dari sekolah semasa SMP, bahkan dari hobi baruku menari pun aku bisa
mendapatkan hadiah dan uang. Uangnya aku titipkan pada ayahku untuk ditabung.
Hobi
menggambarku berlaku kala aku bosen saat KBM saja. Saat guru menerangkan dan
aku tidak mengerti dengan penjelasan guru, saat itulah aku mulai berkreasi
mencoret-coret buku tulisku dengan sketsa dari objek yang aku lihat, (itu dulu,
saat ini aku mulai belajar berusaha untuk menghargai orang berbicara termasuk
pengajar/dosen).
Menyimak
perkataan Penyair Mesir terkemuka, Ahmad Syauqi, “Berdiri dan hormatilah guru, dan berilah ia penghargaan. Seorang guru
itu hampir saja merupakan utusan Allah”. Teruntuk guru-guruku, mohon maaf
aku banyak berbuat salah pada kalian. Dulu aku sering meninggalkan kelas hanya
karena untuk latihan menari, pergi ke kantin, jaga koperasi sekedar untuk
mengobrol dengan guru penjaga koperasi dan dapat jajanan gratis. (tapi bagiku
bukan sekedar obrolan biasa, karena dari obrolan itu ada ilmu yang tidak bisa
aku dapatkan saat KBM)
Saat di bangku
SMP teman-teman terdekatku pada masa itu menyarankan agar aku menjadi
pramugari saja. Karena mereka menganggap kelebihanku di bidang B. Inggris dan
matematika.
Baru di bangku
SMA lah keinginan menjadi guru ku mantapkan. Menggambar kuanggap hanya sekedar
hobi saja. Dan untuk hobi menari sudah aku putuskan untuk berhenti menari sejak
Allah Swt menghadiahkan ku sebuah hidayah untuk berjilbab. So hard, karena harus menanggalkan hobi menariku. Tapi aku yakin
jika aku bisa menjaga dengan baik hadiah ini maka Dia pun akan memberikan
hidayah-hidayahNya yang lain kelak, InsyaAllah.
Aku kagum
dengan orang-orang yang bersedia berbagi, bersedia mengajar, mengucurkan ilmu
dan pengalaman. Mereka itulah yang disebut guru, orang tua pun termasuk guru.
Yang membuat kita dari tidak tahu menjadi tahu, membuat kita bisa membedakan
yang baik dan buruk, dan membuat kita bisa menjalani hidup dengan baik dan
menjadi bermakna. Asbab itulah aku
berkeinginan menjadi seorang guru (pendidik dan pengajar). Jika ilmu yang
diajarkan sebuah kebaikan maka pundi-pundi pahala akan terus mengalir walaupun
jasad telah tertimbun tanah. Menjadi tabungan untuk meringankan siksaan di ahirat
kelak. InsyaAllah, Amin Allahumma Amin.
Saat ini aku
tengah berusaha untuk bisa menjadi bagian dari “mereka”. Yang telah mencetak generasi-generasi penggebrak
peradaban. Belajar menghargai orang berbicara, belajar bersabar membuat orang
lain mengerti dan belajar mengerti serta memahami orang lain. Tidak mudah
memang membuat orang lain memahami keinginan kita, mungkin akan lebih baik jika
diawali dari diri sendiri dahulu untuk memahami orang lain.
Aku
berkomitmen azzam ku kini hanya satu
tidak akan berubah-ubah seperti dulu lagi, aku bercita-cita ingin menjadi
seseorang yang memberi manfaat untuk orang banyak. InsyaAllah dengan menjadi
guru, bisa menjadi kontribusi untuk memenuhi azzam ku ini, aku bisa membantu generasi-generasi bangsa untuk
mencapai cita-cita mereka -menjadi
astronot profesional, pelukis handal, pramugari, paskibraka profesional dan
apapun cita-citanya-. InsyaAllah, amin.
Disisa usiaku
ini, aku berucap
syukur pada-Nya atas skenario yang diaturNya dengan sangat indah
dalam hidupku. Atas kesempatan yang telah diberiNya untuk mengenal orang-orang yang
memberi arti dan menjadi pelengkap dalam hidupku.
Aku mohon
pada-Mu Ya Rabb, mudahkan jalanku agar ilmu ini tersalurkan dan dapat
bermanfaat bagi semua. Hindarkan aku dan anak-anak didik ku dari ilmu yang
tidak bermanfaaat. Aku ingin menabung untuk meringankan siksaanku di akhirat
kelak dan sebagai bekalku untuk bertemu denganMu. Amin Allahumma Amin..
Bandar
Lampung, Juli 2011
diwaktu
senggang.
*Puspa
0 komentar:
Posting Komentar